
Pendidikan sering disebut sebagai tangga menuju mobilitas sosial dan kunci pembuka pintu masa depan. Namun, ketika akses, kualitas, dan pengalaman belajar masih sangat ditentukan oleh kodisi kelahiran—seperti status ekonomi, gender, latar belakang budaya, lokasi geografis, atau disabilitas—apakah pendidikan benar-benar telah menjadi hak setara bagi setiap insan? Pendidikan kesetaraan hadir bukan sekadar sebagai konsep ideal, melainkan sebagai gerakan korektif yang mendesak. Ia menantang kita untuk mempertanyakan sistem yang secara tak sadar melanggengkan ketimpangan, sekaligus menawarkan visi transformatif: sebuah ruang belajar di mana setiap individu, tanpa kecuali, memperoleh kesempatan yang adil untuk berkembang sesuai potensi uniknya.