Oh no! Where's the JavaScript?
Your Web browser does not have JavaScript enabled or does not support JavaScript. Please enable JavaScript on your Web browser to properly view this Web site, or upgrade to a Web browser that does support JavaScript.
banner.png
Pantau & Awasi Dana BOSP dan Laporkan Bila Ada Penyimpangan, Ketik BOSP (spasi)NPSN#isi laporan, atau Ketik BOSP(spasi)nama sekolah#kota#isi laporan, atau ketik BOSP(spasi)NIS#isi laporan, kirim ke 1771. Download JUKNIS BOSP segera
Selamat Datang
Articles

Apa Kamu Kenal Ki Hadjar Dewantara?

Ki Hajar Dewantara – Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, pendiri Taman Siswa, dan pelopor pendidikan untuk semua golongan.

Bapak Pendidikan Nasional yang Mengubah Arah Bangsa

Pernahkah kamu mendengar semboyan: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”? Kalimat ini begitu akrab di dunia pendidikan Indonesia. Tapi, tahukah kamu siapa tokoh di balik semboyan bijak ini?
Dialah Ki Hadjar Dewantara, atau nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, tokoh besar yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Lahir pada 2 Mei 1889, ia tumbuh dalam masa penjajahan Belanda, di mana akses pendidikan sangat terbatas—terutama bagi pribumi. Ki Hadjar Dewantara menjadi pelopor perubahan, membuka pintu pendidikan untuk semua kalangan tanpa memandang ras, kelas, atau agama.

Dari Aktivis Menjadi Pendidik

Sebelum terjun ke dunia pendidikan, Ki Hadjar adalah seorang jurnalis dan aktivis pergerakan nasional. Tulisan-tulisannya tajam dan penuh semangat kebangsaan, bahkan salah satu tulisannya yang berjudul “Als ik een Nederlander was” membuat pemerintah kolonial mengasingkannya ke Belanda.
Namun, pengasingan itu justru memperkuat tekadnya. Sepulangnya ke tanah air, ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922—sebuah lembaga pendidikan yang menanamkan nilai kebangsaan, kemerdekaan berpikir, dan pendidikan yang memanusiakan manusia.

Filosofi Pendidikan yang Menginspirasi

Filosofi Tut Wuri Handayani—yang kini digunakan sebagai semboyan Kementerian Pendidikan—berasal dari Ki Hadjar Dewantara. Ia percaya bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi pembimbing dan pendamping yang mendorong siswa berkembang sesuai jati dirinya. Baginya, pendidikan adalah alat untuk membebaskan, bukan menindas.

Warisan yang Hidup Hingga Kini

Ki Hadjar Dewantara meninggal pada tahun 1959, namun warisannya terus hidup. Tanggal lahirnya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Lebih dari itu, semangat dan prinsip pendidikannya tetap relevan: bahwa setiap anak berhak belajar dalam suasana yang merdeka dan manusiawi.

Sekarang, Giliran Kita

Pertanyaannya sekarang, bukan hanya "Apakah kamu kenal Ki Hadjar Dewantara?", tapi "Apakah kamu sudah meneruskan semangatnya?" Pendidikan bukan sekadar ruang kelas—ia adalah alat untuk membangun bangsa. Dan setiap dari kita, guru, siswa, orang tua, bisa ikut melanjutkan perjuangan beliau.

niniwahyuni 25/04/2025 14:12:59 2 reads 0 ratings Print

Rating is available to Members only.
Please Login or Register to vote.
Awesome! (0)0 %
Very Good (0)0 %
Good (0)0 %
Average (0)0 %
Poor (0)0 %

LAYANAN GTK
     Pencarian Data GTK
     Reg. Akun SIMPKB-ID
     Aplikasi SIMPKB
     Profesi Guru / PPG
     Login Info GTK